Tuesday, July 14, 2009

why I didn't favor Indonesian TV's production

Waktu sarapan (well, actually it's brunch 'coz it's in 10 o'clock) tadi, gw melihat iklan sebuah acara TV sinetron Indonesia untuk anak-anak berjudul Ben7. Kalau gw ga salah, ada salah satu kartun anak entah produk US atau Jepang yang berjudul Ben10, dan hal pertama yang terlintas di benak gw adalah: "Again?"
Entah sudah berapa banyak acara di TV Indonesia yang 'menyadur' (bahasa halus untuk mencuri) dari cerita yang sudah terlebih dulu terkenal di dunia. Gw masih inget beberapa tahun yang lalu ada sinetron yang merupakan plagiat murahan dari Harry Potter, Detective Conan, I dream of Ginnie, Mermaid, dan beberapa cerita lainnya.
Di negara dengan jutaan orang dan, paling tidak, ratusan ribu otak kreatif, menyedihkan sekali acara-acara tv Indonesia diisi oleh produk-produk plagiarism. Terlebih lagi, ini adalah produk untuk anak. Memangnya apa yang ingin diajarkan oleh para pebisnis media pada anak-anak? bahwa tidak apa mencontek, mencuri ide, melakukan plagiarisme, selama itu bisa membuat kaya, terkenal, dan populer? Padahal tema dari cerita-cerita yang mereka curi seperti Conan dan Harry Potter adalah berjuang melawan ketidakadilan, dan sama-sama memiliki nilai orisinalitas yang tinggi.
Tentu saja ada orang-orang di Indonesia yang mencoba untuk menghasilkan karya-karya yang orisinil, dan bukan sekedar mengkopi apa yang sudah terlebih dulu terkenal. Tapi kebanyakan dari mereka hanya bergerak di lingkungan terbatas (misalnya dalam musik, dengan label 'indie'), karena bila industri media masih seperti sekarang, memandang konsumennya sekedar sebagai obyek dan bukan sebagai subyek, orisinalitas hanya akan dianggap sebagai resiko bisnis yang besar, tidak aman, dan tidak menguntungkan.
At the end, it's all about profit, a ka money.
Bukan berarti hal yang sama tidak terjadi di US atau Jepang, di negara industri seperti dua negara itu, uang di atas segala-galanya. Tapi sepertinya negara-negara tersebut lebih peduli dan lebih terbuka pada kreativitas, dan lebih keras dalam menanggapi plagiarism. Atau mungkin juga harga diri mereka yang tinggi menyebabkan mereka tidak sudi melakukan plagiarism...
And that is one of the reason why I didn't favor Indonesian TV's production (beside the fact that those foreign movies or TV series are far more logic and believable, less frustrating and irritating, than ours).